Kurangnya informasi baru dapat mengubah persepsi waktu pada otak
Waktu adalah konsep yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Namun, bagaimana otak kita sebenarnya mengukur waktu? Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa kurangnya informasi baru dapat mengubah persepsi waktu pada otak.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Neuroscience menemukan bahwa otak manusia memanfaatkan informasi baru untuk mengukur waktu. Ketika seseorang terus-menerus diberikan informasi baru, otaknya menilai waktu berlalu lebih lambat. Namun, ketika seseorang tidak mendapatkan informasi baru, otaknya menganggap waktu berjalan lebih cepat.
Hal ini dapat dijelaskan dengan cara kerja otak dalam mengukur waktu. Otak manusia memiliki sebuah jam biologis internal yang disebut dengan jam sirkadian. Jam ini mengatur berbagai proses biologis dalam tubuh, termasuk persepsi waktu. Ketika otak menerima informasi baru, jam sirkadian ini “dihentikan” untuk sejenak, sehingga otak menganggap waktu berjalan lebih lambat.
Namun, ketika otak tidak mendapatkan informasi baru, jam sirkadian terus berjalan tanpa henti. Hal ini menyebabkan otak menganggap waktu berjalan lebih cepat. Dalam situasi seperti ini, seseorang mungkin merasa bahwa waktu berlalu dengan cepat, meskipun sebenarnya waktu yang telah berlalu sama dengan saat ia mendapatkan informasi baru.
Penemuan ini memiliki implikasi penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Kurangnya informasi baru dapat mengubah persepsi waktu pada otak, sehingga kita mungkin merasa bahwa waktu berjalan dengan cepat atau lambat tanpa kita sadari. Oleh karena itu, penting untuk terus mencari informasi baru dan menantang otak kita agar terus aktif.
Dengan demikian, kita dapat lebih memahami bagaimana otak manusia mengukur waktu dan bagaimana kurangnya informasi baru dapat memengaruhi persepsi waktu pada otak. Dengan pengetahuan ini, kita dapat lebih bijaksana dalam mengelola waktu dan menghargai setiap detik yang berlalu dalam kehidupan kita.